Ketika Istriku Menjadi Budak Seks Bosku 3
Bagian I: Pendahuluan
Kehidupan aku dan Audrey istriku sudah banyak berubah semenjak Audrey
menjadi budak seks bossku sendiri. Aku masih bekerja di perusahaan Wen,
namun posisiku telah diangkat menjadi orang nomor dua di perusahaan itu
menggantikan pejabat perusahaan sebelumnya yang sudah memasuki usia
pensiun dan kembali ke Cina. Dengan posisiku yang baru, aku mendapatkan
kenaikan gaji yang cukup signifikan belum lagi ditambah
tunjangan-tunjangan yang melimpah. Seluruh kebutuhan rumah, termasuk
gaji pembantu, gaji supir, biaya telepon dan juga biaya listrik sekarang
ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan juga menyediakan sebuah mobil
Alphard sebagai mobil dinasku meskipun aku sudah mempunyai mobil
sendiri. Amir dan Sudin sudah kupecat segera setelah kejadian di rumah
beberapa waktu lalu dimana mereka telah menyetubuhi Audrey, sedangkan Bi
Minah dan Mar telah pergi tanpa pamit meninggalkan rumah, mungkin
karena tidak tahan dengan segala kebejatan yang terjadi di rumahku
tersebut. Sedangkan Audrey istriku nampaknya sudah pasrah menerima
statusnya sebagai budak seks Wen. Setelah kejadian di rumah beberapa
waktu lalu, Wen tidak pernah datang lagi ke rumah. Apabila Audrey
dibutuhkan oleh Wen, biasanya Kisno datang menjemput Audrey ke rumah,
sedangkan aku tidak pernah ikut. Aku dan Audrey tidak pernah
membicarakan apa yang dia lakukan bersama Wen diluar rumah, namun
dugaanku adalah Wen pasti menyetubuhi Audrey dan menjadikan Audrey
sarana pelampiasan nafsunya karena setiap pulang kembali ke rumah,
Audrey selalu dalam keadaan yang sangat lelah dan biasanya langsung
tertidur dalam waktu yang lama. Karena tidak pernah ikut dan tidak
pernah membicarakannya dengan Audrey, aku tidak tahu secara persis apa
yang dilakukan Wen terhadap Audrey, kecuali ketika beberapa lalu Wen
tiba-tiba memanggilku ke ruangan kerjanya hanya untuk menunjukan
kepadaku bahwa dia telah benar-benar menguasai istriku.
“Ah Tommy, silahkan duduk” kata Wen membuka pembicaraan sambil mempersilahkan aku duduk.
“Ada yang ingin saya perlihatkan kepadamu” lanjut Wen setelah aku duduk di ruang kerjanya.
“Aku sudah memanggil istrimu untuk datang ke kantor, sekarang dia sedang menunggu di luar” kata Wen lagi kepadaku.
Kemudian Wen memanggil sekretarisnya dan meminta sekretarisnya untuk
mengantarkan Audrey ke ruangan kerjanya. Tidak berapa lama kemudian
Audrey istriku masuk ke ruangan kerja Wen. Wen memerintahkan istriku
untuk menutup dan mengunci pintu ruangan kerja Wen yang langsung
dituruti oleh Audrey.
“Audrey, buka seluruh bajumu, saya mau melihat kamu telanjang bulat sekarang!” kata Wen kepada Audrey dengan nada tegas.
Aku terus terang sedikit kaget dengan apa yang diperintahkan Wen,
apalagi sekarang Wen, aku dan Audrey berada di kantor. Namun yang
membuat aku lebih kaget lagi, ternyata istriku Audrey tanpa membantah
dan tanpa rasa malu langsung menuruti perintah Wen.
“Duduk dan menghadap ke suamimu!” perintah Wen kemudian sambil menunjuk kursi kosong di hadapan kursi dimana aku duduk.
“Pelacur, mainkan vaginamu. Saya mau melihat kamu orgasme” perintah Wen lagi kepada Audrey.
Aku sedikit tersinggung mendengar Wen memanggil istriku pelacur, namun
aku melihat tidak ada tanda-tanda kesal sama sekali di wajah Audrey,
bahkan mendengar perintah Wen, Audrey sambil menghadap ke diriku
langsung membuka kedua kakinya lebar-lebar serta kemudian menaruh kedua
kakinya tersebut di pegangan kursi dan tangan kanannya mulai memainkan
vaginanya. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya mulai
mengocok-ngocok vaginanya sendiri. Setelah beberapa menit, vagina Audrey
mulai terlihat basah, napas Audrey mulai terdengar berat dan sesekali
desahan-desahan kecil keluar dari mulut Audrey.
“Rasanya enak pelacur? tanya Wen kepada istriku.
“Enak tuan” jawab Audrey cepat sambil terengah-engah dan terus memainkan vaginanya sendiri.
“Ceritakan kepada suamimu apa saja yang telah saya lakukan kepadamu” perintah Wen lagi kepada Audrey.
“Tuan Wen menyetubuhiku, menjadikan diriku mainan seksnya” jawab Audrey tanpa malu-malu.
“Lubang mana saja yang sudah pernah saya pakai” tanya Wen kepada Audrey.
“Semua lubang di tubuhku, vagina, lubang pantat dan mulut semuanya sudah pernah dipakai Tuan Wen” jawab istriku lagi.
“Dimana saja saya menyetubuhi kamu pelacur” lanjut Wen.
“Di apartemen Tuan Wen, di hotel, di villa di puncak, di toilet pria di
restaurant, di mobil” jawab Audrey lagi sambil merintih-rintih
kenikmatan karena permainan jarinya sendiri di vaginanya.
“Bagaimana saya menyetubuhi kamu” tanya Wen lagi.
“Dengan berbagai macam gaya, dengan berbagai macam alat-alat
seks….uuuggghhhh…..eeeiiii” jawab Audrey yang kemudian disusul dengan
orgasmenya yang dahsyat.
Aku terkesima dengan apa yang terjadi dihadapanku. Audrey menjawab semua
pertanyaan Wen dan Audrey begitu cepatnya mengalami orgasme,
seakan-akan Audrey menikmati keadaannya sebagai budak seks Wen.
“Kamu suka disetubuhi oleh saya?” Tanya Wen lagi kepada Audrey istriku.
“Suka…aku suka disetubuhi Tuan Wen” jawab Audrey sambil terus memainkan
vaginanya karena belum diperintahkan untuk berhenti oleh Wen.
“Kamu orgasme apabila disetubuhi oleh saya?” Tanya Wen kemudian.
“Selalu, aku selalu orgasme beberapa kali ketika disetubuhi Tuan Wen” jawab Audrey lagi.
“Oke pelacur, sekarang pakai lagi bajumu dan minta Kisno antar kamu pulang ke rumah” perintah Wen kepada Audrey.
Mendengar itu tanpa berkata-kata lagi, Audrey mengenakan kembali pakaiannya dan meninggalkan aku dan Wen di ruangan kerja Wen.
“Nah Tom, kamu sekarang melihat sendiri bahwa istrimu sudah benar-benar
menuruti seluruh perintahku. Sekarang kamu konsentrasi saja dengan
pekerjaanmu, untuk urusan istrimu biar saya yang memuaskan dia
hahahahahha…..” kata Wen kepadaku sambil menyuruhkan keluar dari ruangan
kerjanya.
Begitulah kehidupan kami semenjak Audrey menjadi budak seks Wen belakangan ini.
Bagian II: Menjadikan Audrey Pelacur
Waktu berjalan dengan cepat. Aku tidak menghitung lagi sudah berapa lama
istriku menjadi budak seks Wen atau sudah berapa kali Wen memanggil
istriku untuk melayaninya di luar rumah, sampai suatu ketika Wen
mengajakku ke daerah kota. Wen ternyata mengajakku ke tempat pelacuran
tingkat tinggi. Meskipun dari luar papan nama tempat itu tertulis
sebagai tempat spa dan pijat, namun ketika aku dan Wen masuk terlihat
sekali bahwa tempat itu bukanlah tempat spa atau pijat saja. Ketika aku
dan Wen masuk ke tempat itu, kami disambut oleh seorang pria Cina
berumur 60 tahunan yang nampaknya pemilik tempat itu. Pria itu rupanya
sudah mengenal Wen cukup lama. Pria yang dipanggil sebagai “Abah” itu
mempersilahkan aku dan Wen masuk ke ruang kerjanya di lantai dua tempat
itu.
“Silahkan duduk. Oooh ini rupanya yang namanya Tommy yang sering kamu
ceritakan Wen” kata Abah kepada Wen sambil mempersilahkan kami duduk di
sofa ruang kantornya.
“Bagaimana? Kamu sudah ceritakan ke dia Wen?” tanya Abah kepada Wen ketika kami sudah duduk di sofa.
“Belum” kata Wen singkat.
“Bagaimana sih Wen, masak langsung kamu ajak saja kesini tanpa kamu
cerita dulu. Kalau dia menolak bagaimana?’ kata Abah lagi kepada Wen.
“Apa ini? Apa yang belum diceritakan kepada saya?” tanyaku penasaran.
“Ok Tom, begini, saya sudah mendidik istrimu untuk menjadi budak seks
saya. Sekarang kita harus ke tahap selanjutnya, yaitu melihat
kepatuhanmu kepada saya dan kerelaanmu untuk menerima nasib bahwa
istrimu adalah budak seks pria lain” kata Wen membuka pembicaraan
denganku.
“Maksudnya” tanyaku makin penasaran.
“Saya ingin agar kamu memerintahkan istrimu menjadi pelacur di tempat
ini dari hari Jumat sampai hari Minggu ini. Saya tahu kekuatiranmu, tapi
please jangan dibantah dulu. Abah sudah menyiapkan kamar khusus buat
istrimu. Kamar itu mempunyai cermin dua arah, sehingga meskipun istrimu
tidak tahu, namun sebenarnya kamu tetap bisa mengawasi istrimu dari
kamar sebelah. Saya yakin kamu bisa menikmati keadaanmu sebagai suami
yang istrinya menjadi budak seks pria lain sebagaimana istrimu menikmati
nasibnya menjadi budak seks” kata Wen menjelaskan.
Sebelum aku bisa menjawab karena masih kaget, Wen sudah melanjutkan
kata-katanya lagi “Tujuan saya adalah saya ingin kamu bisa menerima dan
menikmati keadaan istrimu. Saya yakin setelah melihat sendiri bagaimana
istrimu dipermalukan dan harga dirinya ditekan sampai ke titik yang
paling rendah yaitu dijadikan pelacur, kamu dapat menerima hal-hal
lainnya yang menimpa istrimu. Ini semua untuk membantu kamu. Kalau kamu
bisa menerima kenyataan ini, kamu tidak akan stress, bahkan mungkin kamu
akan menjadi sangat bahagia atas kenyataan ini, toh pada dasarnya kamu
memang ingin melihat istrimu disetubuhi pria lain, jadi kenapa tidak
dinikmati saja”.
“Pilihan kamu sebenarnya sangat sederhana, kamu ikut menikmati atau kamu
dan mertuamu melihat rekaman persetubuhan istrimu di internet. Saya
banyak merekam hal-hal baru tentang persetubuhan istrimu yang bisa
membuat mertuamu terkena serangan jantung lho” lanjut Wen dengan
tersenyum penuh arti.
Karena kuatir bahwa orang tua Audrey mengetahui apa yang terjadi pada
Audrey dan juga karena entah kenapa membayangkan istriku melacurkan
dirinya membuat diriku benar-benar sangat terangsang, sehingga tanpa
pikir panjang lagi, aku langsung menyatakan setuju. Wajah Abah terlihat
sangat senang mendengar persetujuan dariku, dan Abah segera mengeluarkan
beberapa carik kertas yang telah disiapkannya yang rupanya berupa
kontrak. Aku hanya membaca sekilas kontrak itu, tapi antara lain
bunyinya:
Aku secara sukarela menyerahkan Audrey kepada Abah selama hari Jumat
sampai hari Minggu ini atau waktu-waktu lainnya sebagaimana disepakati
olehku dan Abah;
Selama hari Jumat sampai hari Minggu tersebut, Audrey menjadi hak milik Abah, dan aku tidak bisa turut campur ataupun melakukan apa saja yang bisa mengganggu kepemilikan Abah terhadap Audrey;
Aku hanya diperbolehkan menonton dari kamar sebelah, dan aku tidak boleh dilihat atau diketahui berada di tempat itu oleh Audrey maupun tamu-tamu Audrey;
Uang yang didapatkan dari tamu-tamu Audrey menjadi milik Abah seluruhnya, kecuali atas tips yang diberikan tamu secara langsung kepada Audrey; dan
Abah harus mengembalikan Audrey ke rumahku sebelum jam 12 malam pada hari Minggu.
Begitulah kira-kira bunyi kontraknya, dan akupun segera menandatanganinya.
Selama hari Jumat sampai hari Minggu tersebut, Audrey menjadi hak milik Abah, dan aku tidak bisa turut campur ataupun melakukan apa saja yang bisa mengganggu kepemilikan Abah terhadap Audrey;
Aku hanya diperbolehkan menonton dari kamar sebelah, dan aku tidak boleh dilihat atau diketahui berada di tempat itu oleh Audrey maupun tamu-tamu Audrey;
Uang yang didapatkan dari tamu-tamu Audrey menjadi milik Abah seluruhnya, kecuali atas tips yang diberikan tamu secara langsung kepada Audrey; dan
Abah harus mengembalikan Audrey ke rumahku sebelum jam 12 malam pada hari Minggu.
Begitulah kira-kira bunyi kontraknya, dan akupun segera menandatanganinya.
Setelah menandatangani kontrak tersebut, aku dan Wen diajak berkeliling
tempat itu. Abah menunjukan kamar dimana Audrey akan melayani
tamu-tamunya. Kamar itu berukuran sedang dan dilengkapi kamar mandi
sendiri. Seluruh dinding dan langit-langit kamar tersebut semuanya
ditutupi oleh cermin, sedangkan kamar mandinya hanya salah satu
dindingnya yang ditutupi oleh cermin. Kamar dan kamar mandi tersebut
terlihat cukup mewah. Di tengah-tengah kamar terdapat sebuah tempat
tidur king size yang mempunyai pilar-pilar kayu disetiap sudutnya. Di
atas tempat tidur itu terdapat kasur tebal yang ditutupi sprei warna
merah marun. Di sisi kiri dan kanan tempat tidur tersebut terdapat nakas
(lemari kecil) dan di sisi bagian bawah kasur tersebut terdapat sebuah
peti besar yang menyerupai peti bajak laut seperti yang biasa kita lihat
di buku-buku cerita. Di kamar itu juga terdapat sebuah meja rias dengan
kursinya dan sebuah single sofa berwarna krem. Setelah dari kamar
tersebut, Abah mengajakku dan Wen ke kamar sebelah. Berbeda dari kamar
yang sebelumnya, kamar sebelah ini lebih menyerupai sebuah ruang tamu
yang mewah. Kamar tersebut mempunyai sofa-sofa yang disusun mengarah ke
dinding pembatas antara kamar yang pertama ditunjukan oleh Abah dan
kamar ini. Dinding tersebut ternyata adalah kaca dua arah, sehingga
meskipun dari kamar pertama ataupun dari kamar mandinya dinding tersebut
terlihat sebagai cermin, namun dari kamar sebelah aku dapat melihat
kamar pertama yang ditunjukan oleh Abah beserta kamar mandinya secara
jelas. Kemudian Abah menjelaskan bahwa selama Audrey sedang melayani
tamu-tamunya aku hanya boleh berada di kamar ini, apabila aku ingin
keluar dari kamar ini harus keluar dari salah satu pintu yang langsung
menyambung ke sebuah lorong dan tembus langsung ke restaurant di lantai
bawah sehingga aku tidak melewati kamar sebelah. Abah juga mengingatkan
kembali bahwa aku tidak boleh mengganggu tamu-tamunya. Abah menjelaskan
bahwa tamu-tamunya telah membayar sangat mahal untuk mendapatkan
kesenangan sehingga tamu-tamu tersebut dapat berbuat apa saja terhadap
Audrey. Abah juga menambahkan bahwa Audrey tidak boleh tahu kalau aku
bisa menontonnya dari kamar sebelah karena Abah sangat kuatir kalau
Audrey sampai tahu aku bisa menontonnya maka Audrey tidak bisa lepas dan
merasa bebas dalam melakukan pelayanan terhadap tamu-tamunya. Terakhir
Abah juga memberitahu bahwa Audrey pastilah akan sangat sibuk, karena
apabila terdapat wanita baru pasti kabar tersiar dengan cepat dan akan
banyak tamu-tamu yang ingin mencoba Audrey.
Aku hanya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Abah, dan setelah
berkeliling tempat itu, termasuk melihat sebuah ruangan yang dikatakan
oleh Abah sebagai display room, aku dan Wen pamitan dan pulang ke rumah
masing-masing. Sebelum pulang, Wen kembali mengingatkanku agar
memberitahu dan memerintahkan Audrey untuk melaksanakan hal ini dan juga
mengingatkanku agar Audrey tidak boleh mengetahui kalau aku bisa
menonton pelacuran dirinya. Dalam perjalanan pulang ke rumah, hatiku
berkecamuk memikirkan apakah yang aku lakukan ini benar. Di satu pihak
aku tidak bisa membayangkan apabila orang tua Audrey sampai mengetahui
nasib anaknya, namun di pihak lain meskipun aku tahu bahwa melacurkan
istriku adalah salah namun terdapat rangsangan tersendiri bagiku melihat
istriku disetubuhi orang lain. Apakah benar aku bisa benar-benar
menikmati keadaan istriku yang menjadi budak seks orang lain? Bagaimana
sebenarnya perasaaan Audrey? Apakah Audrey bisa menerima nasibnya? Dan
banyak pertanyaan lain berkecamuk di hatiku. Tidak terasa mobil yang aku
kemudikan sudah sampai rumah. Mobil langsung aku masukkan dalam garasi
dan aku segera mencari Audrey. Audrey sedang duduk di sofa menonton TV
ketika aku hampiri. Aku duduk di sofa di sebelahnya, dan segera
memberitahukan kepada Audrey tentang apa yang diperintahkan Wen untuk
dirinya selama hari Jumat sampai hari Minggu ini. Sama sekali diluar
dugaanku, Audrey tidak terlihat kaget. Audrey hanya menghela napas
panjang sambil berkata pelan
“Sudah kuduga”.
Melihat reaksi Audrey yang tidak kaget aku bertanya kepadanya “maksudmu sudah kamu duga?”
Kemudian Audrey menceritakan bahwa setelah kejadian beberapa waktu lalu
di rumah dimana dia disetubuhi oleh Kisno, Amir dan Sudin, Wen tidak
pernah lagi membagi dirinya untuk orang lain, namun Wen selalu berkata
bahwa Wen ingin memuaskan dirinya dulu sebelum membagi Audrey ke semua
orang. Wen juga beberapa kali berkata kepada Audrey bahwa Wen akan
menempatkan Audrey pada status yang sebenarnya bagi Audrey yaitu sebagai
pelacur. Wen berkali-kali berkata kepada Audrey bahwa Audrey hanyalah
seorang pelacur dan suatu saat Audrey akan senang disetubuhi pria yang
telah membayar kepada germonya. Aku sedih melihat Audrey bisa menerima
nasibnya, bahkan ketika tahu akan dijadikan pelacur, reaksinya meskipun
terlihat tidak senang namun juga tidak menolak atau kaget.
“Maafkan aku” hanya itu kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
“Ini semua terjadi bukan hanya salah kamu saja, ini juga karena
kesalahanku” kata Audrey setelah mendengar permintaan maaf dariku.
Kemudian entah hanya karena ingin menghiburku atau memang dari hatinya,
Audrey melanjutkan “Sebenarnya aku ingin jujur sama kamu Tom. Entah apa
yang terjadi pada diriku, kejadian ini seakan-akan membuka kotak pandora
dari dalam diriku. Entah kenapa aku mulai menyukai dijadikan budak
seks, aku menyukai diperlakukan kasar dalam berhubungan seks. Memang
sebenarnya aku lebih ingin kalau kamu yang melakukannya kepadaku, namun
apa yang sudah dilakukan oleh Wen terhadap diriku telah merubah total
diriku. Apabila Wen memanggilku untuk melayaninya, dalam perjalanan
menuju apartemen Wen saja vaginaku sudah menjadi basah dan ketika Wen
memakai diriku sebagai mainan seksnya aku menikmatinya yang membuat
diriku orgasme berkali-kali dengan sangat cepat.
“Ketika kamu menceritakan bahwa Wen memintaku jadi pelacur, meskipun
sebenarnya aku tidak suka, tapi mendengar hal itu membuat vaginaku saat
ini sangat basah. Entah kenapa meskipun tahu bahwa menjadi pelacur
adalah pekerjaan yang martabatnya rendah, namun di dalam hatiku aku jadi
ingin mencobanya” lanjut Audrey kepadaku.
“Aku membaca di internet, memang banyak orang seperti diriku, yaitu
menjadi submissive, dimana penindasan dalam seks malah membuat
terangsang dan menikmati. Namun Tom, aku sangat mencintaimu, aku masih
berharap suatu ketika semua ini akan berakhir dan aku hanya perlu
menjadi submissive untuk dirimu saja” kata Audrey kemudian kepadaku.
Mendengar hal itu, hatiku menjadi sedikit tenang. Setidaknya Audrey akan
melakukan hal ini bukan karena terpaksa, dan Audrey masih sangat
mencintaiku. Kamipun berciuman mesra, dan aku berpesan kepadanya untuk
banyak istirahat karena hari Jumat yang direncanakan tersebut tinggal 2
hari lagi.
Bagian III: Pelanggan Pertama
Hari jumat itu akhirnya datang juga….Tepat pukul 9.00 pagi kami
berangkat dari rumah menuju tempat Abah yaitu XXX Spa & Massage di
daerah kota. Hari itu Audrey berpakaian casual, hanya berkaos dan
bercelana jeans dengan sedikit make-up di wajahnya. Perjalanan dari
rumah menuju tempat Abah memakan waktu cukup lama, apalagi Jakarta di
pagi hari selalu macet. Dalam perjalanan aku beberapa kali menanyakan
Audrey apakah dia yakin dengan apa yang akan dilakukannya, dan selalu
dijawabnya dengan senyum manis sambil berkata bahwa dia yakin untuk
melakukannya meskipun sebenarnya dia berkeinginan agar aku dapat
mendampinginya untuk menjaganya. Mendengar keinginannya tersebut aku
hanya menjawab bahwa aku banyak pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan
di kantor, dan aku meyakinkannya bahwa Abah akan dapat menjaganya serta
aku berjanji bahwa aku akan selalu menelepon Abah untuk menanyakan
keadaan istriku ini. Setibanya aku dan Audrey ditempat Abah, Aku dan
Audrey bergandengan tangan memasuki tempat milik Abah tersebut. Melihat
kami datang, Abah menyambut kami. Tanpa berkata apa-apa, Abah langsung
menggandeng tangan Audrey dan menuntunnya masuk. Ketika aku berusaha
mengikuti, Abah dengan sopan mengatakan kepadaku
“Kamu antar sampai sini saja, nanti istrimu jadi grogi”.
Akupun melepaskan gandengan tanganku pada Audrey dan membiarkan Abah
menuntun Audrey masuk ke dalam. Aku melihat beberapa kali Audrey menoleh
ke belakang melihat diriku seakan-akan Audrey ragu dengan apa yang akan
dilakukannya, namun karena Abah tetap menuntunnya masuk ke dalam,
Audrey tidak dapat berpikir panjang lagi dan hanya bisa menuruti
gandengan tangan Abah. Setelah menyerahkan Audrey kepada Abah, akupun
berlari ke arah belakang tempat milik Abah itu dan masuk kembali melalui
pintu belakang. Begitu kembali di dalam aku mengintip Audrey berbicara
dengan Abah. Aku tidak mendengar pembicaraan mereka. Setelah beberapa
menit berbicara, Abah dengan menggandeng lengan Audrey menuntun Audrey
masuk ke ruang kerjanya dan menutup pintu. Kurang lebih satu jam Abah
dan Audrey berada di ruang kerja Abah, sampai kemudian pintu ruang kerja
tersebut terbuka dan terlihat Abah dan Audrey keluar secara bersamaan.
Rambut Audrey ketika keluar ruangan terlihat sedikit acak-acakan, aku
menduga pasti Abah baru saja menyetubuhi Audrey di dalam ruang kerja
tersebut.
Kemudian Abah memanggil dua staff wanitanya yang biasa dipanggil “mami”
dan menyerahkan Audrey kepada mereka. Kedua mami itu kemudian menuntun
Audrey ke kamar yang 2 hari lalu telah ditunjukan Abah kepadaku dan Wen.
Setelah Audrey dan kedua mami masuk kamar tersebut, aku mendatangi
Abah. Abah hanya berkomentar
“Hebat istrimu, tamu-tamuku pasti puas” dan kemudian mempersilahkan aku masuk ke kamar disebelah kamar dimana Audrey berada.
Dari kamar sebelah aku bisa melihat secara jelas kedua mami sedang
memandikan Audrey di bathtub. Semua tubuh Audrey dibersihkan, setelah
itu mereka dari kamar mandi pindah ke kamar tidur. Di kamar tidur, salah
satu mami melepaskan bel kecil yang tergantung di cincin emas di bibir
atas vagina Audrey, sehingga sekarang hanya cincin tersebut saja yang
terkait di vagina Audrey. Setelah melepaskan bel kecil tersebut,
kemudian seluruh tubuh Audrey diwax dan dilulur. Audrey juga dipijat
selayaknya pelayanan di spa kelas satu. Terakhir kedua mami memake-up
wajah Audrey dan memblow rambutnya, Audrey nampak semakin cantik lagi.
Terlihat sekali orang-orang itu sangat ahli dalam bidangnya. Kemudian
dari speaker terdengar salah satu mami berkata sambil menyerahkan sebuah
kimono putih dan sepatu putih berhak tinggi kepada Audrey
“Pakai ini, selama disini hanya inilah pakaianmu. Kamu akan mendapatkan kembali pakaianmu sebelum pulang nanti di hari Minggu”.
Audreypun menuruti perintah sang mami dan mengenakan kimono putih dan
sepatu hak tinggi tersebut. Kimono tersebut cukup tipis sehingga
bayang-bayang vagina dan kedua payudara Audrey masih dapat terlihat.
“Tunggu disini sampai saya menjemputmu. Kalau ada tamu, baru saya akan
membawa kamu ke display room” kata salah satu mami kepada Audrey. Audrey
hanya mengangguk lemah dan duduk di salah satu sisi tempat tidur,
sedangkan kedua mami meninggalkan kamar tersebut.
Tidak sampai sepuluh menit kemudian, pintu kamar terbuka dan salah satu mami masuk ke kamar tersebut.
“Ayo, ada tamu langganan mau melihatmu” kata mami tersebut sambil menarik lengan Audrey dan menuntunnya keluar kamar.
Melihat itu jantungku berdegup dengan kencang. Untuk pertama kalinya aku
akan melihat istriku Audrey melacurkan dirinya dan hal tersebut
membuatku sangat terangsang. Akupun segera duduk di salah satu sofa dan
menunggu apa yang akan terjadi.
Kurang lebih 10 menit kemudian, pintu kamar terbuka lagi, kali ini
seorang pria keturunan Arab yang berusia kurang lebih 50 tahunan masuk
ke ruangan tersebut disusul oleh Audrey dan mami yang tadi menjemput
Audrey. Tanpa berkata apa-apa pria Arab itu duduk di salah satu sisi
kasur, sedangkan mami menuntun dan menempatkan Audrey berdiri persis di
hadapan pria itu.
“Mohon maaf Pak Zaki, dia baru, dia belum tahu rutinitas disini” kata
mami tersebut kepada pria yang ternyata bernama Zaki tersebut.
“Lepas sepatumu” kata mami tersebut kemudian kepada Audrey sambil
melepaskan kimono dari tubuh Audrey, sehingga sekarang Audrey menjadi
telanjang bulat dihadapan seorang pria tua yang belum pernah dikenalnya.
Aku melihat vagina Audrey yang mulus tanpa ditumbuhi sehelai bulupun
terlihat sudah sangat basah.
“Nah saya tinggal dulu ya pak. Audrey tolong layani Pak Zaki dengan baik
ya” kata mami kemudian sambil meninggalkan kamar tersebut dan menutup
pintunya.
Ditinggal berdua dengan Pak Zaki di dalam kamar, Audrey terlihat
canggung. Audrey terlihat tidak tahu apa yang harus diperbuatnya,
sehingga Audrey hanya berdiri telanjang bulat di hadapan Pak Zaki.
Melihat Audrey yang canggung, Pak Zaki tersenyum dan meraih tangan
Audrey serta menarik Audrey ke pangkuannya sehingga sekarang Audrey
duduk dipangkuan Pak Zaki.
“Emmhhh….. halus sekali….putih bersih…cantik sekali….si Abah memang
pintar memilih memilih wanita” kata pak Zaki sambil meraba-raba dan
mengelus-elus seluruh tubuh Audrey.
Audrey terlihat sedikit menggelinjang ketika tangan-tangan tua Pak Zaki
menggerayangi tubuhnya. Setelah puas mengelus-elus tubuh Audrey, Pak
Zaki mulai meremas-remas kedua payudara Audrey seakan-akan mempelajari
kepadatan kedua payudara Audrey.
“Eeehmm…. sempurna, payudara yang indah” terdengar komentar Pak Zaki atas kedua payudara Audrey.
Setelah puas meremas-remas kedua payudara Audrey, Pak Zaki mulai mencium
dan menjilati serta menghisap kedua payudara Audrey secara bergantian.
Diperlakukan demikian terlihat Audrey menggelinjang-gelinjang, kedua
matanya tertutup dan dari mulutnya terdengar desahan-desahan kecil.
“Eehmmm…kamu suka ya” kata Pak Zaki ketika merasakan bahwa Audrey menggelinjang-gelinjang dan mendesah-desah.
“Suu..kaaa…uughhhh” jawab Audrey pelan terbata-bata sambil terus menutup
matanya dan badannya menggelinjang-gelinjang makin hebat.
Merasakan Audrey sudah mulai terangsang, Pak Zaki mulai meraba-raba dan
mengelus-elus vagina Audrey, yang disambut Audrey dengan desahan yang
semakin keras dan salah satu tangan Audrey menekan kepala Pak Zaki
seakan-akan meminta Pak zaki untuk makin giat dank eras menciumi,
menjilat dan menghisap kedua payudaranya.
“Lubang yang di bawah ini, mana yang bisa dimasukin?” tanya Pak Zaki sambil tangan kanannya mempermainkan klitoris Audrey.
“Dua-duanya bisa…” jawab Audrey malu-malu sambil kembali mendesah-desah dan menggelinjang-gelinjang.
Kemudian bibir pak Zaki yang besar berpindah dari payudara Audrey ke
bibir Audrey yang mungil. Dilumatnya bibir Audrey dan dijelajahinya
mulut Audrey dengan lidahnya. Terlihat Audrey sedikit kewalahan melayani
permainan lidah Pak Zaki di mulutnya.
“Siapa nama kamu?” tanya Pak Zaki kemudian.
Audrey pak” jawab Audrey.
“Audrey, coba bukain seluruh baju dan celana saya” kata Pak Zaki sambil
menghentikan kegiatannya pada Audrey dan menuntun Audrey berdiri
kembali.
Tanpa berkata apa-apa, Audrey menuruti perintah Pak Zaki. Dibukanya
kemeja Pak Zaki, dan kemudian Audrey berlutut di hadapan Pak Zaki dan
membuka sepatu, kaos kaki dan celana panjang Pak Zaki, dan ketika Audrey
melorotkan celana dalam Pak Zaki, penis hitam Pak Zaki langsung mencuat
keluar. Audrey terlihat sedikit kaget dengan ukuran penis Pak Zaki.
Penis Pak Zaki sangatlah besar dan panjang, bahkan lebih besar dari
penis Wen maupun Kisno.
“Kenapa? Kok kelihatan kaget? tanya Pak Zaki ketika melihat raut wajah Audrey.
“Besar dan panjang” kata Audrey singkat sambil tersenyum berusaha menyembunyikan kekagetannya.
“Audrey, layani saya” kata Pak Zaki kepada Audrey sambil naik ke kasur dan tidur telentang.
Mendengar itu Audrey segera menuruti, ditindihnya tubuh Pak Zaki dari
atas, dan Audrey mulai menggesek-gesekkan tubuh dan payudaranya ke tubuh
dan dada Pak Zaki. Kemudian bibir Audrey terlihat mulai menciumi dan
menjilati leher Pak Zaki dan terus ke dada Pak Zaki yang ditumbuhi bulu
yang sangat lebat itu. Pak Zaki terlihat sangat menikmati pelayanan
Audrey. Audrey dengan sangat perlahan dan mesra terus menjilati seluruh
tubuh Pak Zaki sampai ke paha dan terus ke kaki-kaki Pak Zaki.
Diperlakukan demikian oleh Audrey, aku melihat penis Pak Zaki menegang
keras, sedangkan vagina Audrey sudah terlihat sangat basah. Setelah
menjilati kaki-kaki Pak Zaki, Audrey kembali naik ke atas, diciumi dan
dijilatinya paha dalam Pak Zaki, kemudian ke biji penis Pak Zaki dan
lalu Audrey membenamkan kepalanya ke bawah serta lidahnya mencari lubang
anus Pak Zaki. Pak Zaki yang mengerti apa yang akan dilakukan Audrey
sedikit mengangkat pinggulnya dan memposisikan tubuhnya agar bibir dan
lidah Audrey dapat memperoleh akses seluas-luasnya terhadap lubang
anusnya. Sambil tetap menjilati lubang anus Pak Zaki dengan perlahan dan
mesra, tangan kiri Audrey mulai menggenggam penis Pak Zaki yang besar
dan panjang itu serta mulai mengocoknya secara perlahan, sedangkan
tangan kanan Audrey mengelus-ngelus dada dan puting Pak Zaki yang
ditumbuhi bulu-bulu yang sangat lebat itu.
“Eeeehhhmmmm…..enaaakk..” dengus Pak Zaki pelan senang atas perlakuan Audrey terhadap penis dan lubang anusnya.
Mendengar itu Audrey nampak makin bersemangat merangsang Pak Zaki,
dijilati dan dikulumnya secara bergantian penis, biji penis dan lubang
anus Pak Zaki, dan kemudian Audrey menarik kedua tangan Pak Zaki agar
Pak Zaki bangkit dari posisi tidur telentang menjadi posisi duduk, dan
Audrey kemudian merebahkan dirinya telentang di atas kasur dengan kedua
kaki mengangkang yang memperlihatkan vaginanya yang sudah sangat becek.
Audrey kemudian meraih penis Pak Zaki yang besar dan panjang itu dengan
kedua tangannya dan mengarahkan ke vaginanya.
“Lho, kok saya yang di atas? Katanya mau melayani?” goda Pak Zaki kepada
Audrey yang terlihat sudah ingin cepat-cepat ditindih oleh tubuh Pak
Zaki.
“Penis bapak terlalu besar…., sedikit sakit kalau pertama kali masuk
dengan posisi Audrey di atas. Masukkan dulu dengan posisi bapak di atas,
setelah Audrey terbiasa, kita bisa ganti posisi pak” jawab Audrey
dengan penuh mesra dan sedikit membujuk kepada Pak Zaki.
Saat itu aku sedikit kaget karena untuk pertama kalinya aku mendengar
istriku menyebut dirinya dengan namanya sendiri yaitu “Audrey” biasanya
baik terhadaku maupun Wen, Audrey selalu menyebut dirinya dengan kata
“saya” atau “aku”. Aku melihat Audrey menyebut dirinya dengan “Audrey”
supaya terdengar lebih imut dan bisa merayu Pak Zaki, rupanya Audrey
benar-benar mendalami dan bahkan menyukai keadaannya sebagai pelacur.
Terayu oleh Audrey, kemudian Pak Zaki mulai sedikit demi sedikit dan
secara perlahan membenamkan penisnya ke dalam vagina Audrey. Terdengar
desahan kecil Audrey setiap penis Pak Zaki semakin dalam masuk ke
vaginanya. Tangan Audrey meremas keras bantal dan sprei kasur secara
bergantian ketika penis Pak Zaki yang besar dan panjang itu mulai
menjebol vaginanya. Mata Audrey tertutup rapat dan Audrey menggigit
kecil bibir bawahnya sendiri seakan-akan sedang menahan sakit dan nikmat
yang amat sangat secara bersamaan. Ketika penis Pak Zaki semakin dalam
lagi menjebol vaginanya, Audrey semakin kehilangan kontrol atas dirinya,
sambil tetap menutup matanya rapat-rapat, wajah Audrey terdongak
kebelakang dan dadanya membusung ke atas sehingga membuat badannya
sampai melengkung, sedangkan tangan kiri Audrey secara tiba-tiba
mencengkram pantat Pak Zaki dengan sangat keras. Tangan kanan Audrey
yang bebas juga terlihat memukul-mukul kasur dan menarik-narik sprei
kasur sehingga sprei kasur menjadi tertarik berantakan.
“Sakit Audrey?” tanya Pak Zaki kepada Audrey mesra sambil menghentikan hujaman penisnya kedalam vagina Audrey.
“Tidak apa-apa pak,…. Audrey masih bisaa ta…han…, masukkan…terrrr..usss
pak..jangan berheee..ntiii, sebentar lagi….maaasssukk…sssemua….,
ennnakk…setelah ituuu….pak” jawab Audrey sambil terbata-bata dan
meringis-ringis antara menahan sakit dan nikmat.
Mendengar itu Pak Zakipun kembali menekan penisnya semakin dalam lagi ke
vagina Audrey dan “blesss….” terdengar suara pelan dari vagina Audrey
ketika seluruh penis Pak Zaki amblas ke dalam vagina Audrey.
“Aaaahhh…..” terdengar jeritan lega Audrey ketika seluruh penis Pak Zaki
telah masuk ke dalam vaginanya. Audrey kemudian membuka matanya
kembali, diturunkannya busungan dadanya, diposisikannya kepalanya
seperti sedia kala, dan masing-masing tangan Audrey melepaskan
cengkramannya dari pantat Pak Zaki dan sprei di kasur. Ditariknya kepala
Pak Zaki kearah kepalanya, dan bibir mungil Audrey mulai menciumi bibir
Pak Zaki yang besar dan tebal itu.
“Aaaahhh….sudah masuk semuanya pak, sekarang nikmati Audrey
sepuas-puasnya, Audrey adalah milik bapak” bisik Audrey kemudian kepada
Pak Zaki sambil kembali menciumi bibir Pak Zaki dengan mesra.
Pak Zaki dan Audrey berciuman dengan mesra dan memainkan lidah mereka di
mulut pasangannya dengan cukup lama. Aku melihat selama Audrey dan Pak
Zaki berciuman, vagina Audrey mengeluarkan cairan kewanitaannya. Cairan
itu terus keluar meleleh dari vagina Audrey sehingga membuat sprei
disekitar selangkangan Audrey menjadi basah kuyup. Setelah beberapa lama
berciuman tanpa menggerakan penisnya, kemudian Pak Zaki mulai memompa
penisnya keluar masuk vagina Audrey secara perlahan. Audrey yang
merasakan goyangan Pak Zaki kemudian menekuk kedua lututnya dan
menyilangkan kedua kakinya melingkar dipinggang Pak Zaki sehingga kedua
kaki Audrey mengikat rapat pinggang Pak Zaki. Merasakan kaki Audrey
dipinggangnya, Pak Zaki memperbaiki posisi tubuhnya. Diletakannya kedua
telapak tangannya di kasur persis disisi kiri dan kanan kepala Audrey
dan digunakannya kedua tangannya tersebut sebagai tumpuan tubuhnya.
Audrey kemudian melingkarkan kedua tangannya di leher Pak Zaki, dan
Audrey sedikit mengangkat kepalanya dan dadanya agar bibir dan lidahnya
dapat menciumi dan menjilati dada dan puting Pak Zaki yang berbulu lebat
itu sehingga sekarang Audrey terlihat sedikit bergelantungan di tubuh
Pak Zaki dengan kedua tangan melingkar di leher Pak Zaki dan kedua kaki
melingkar dipinggang Pak Zaki dan hanya pantat dan sedikit tubuhnya yang
menapak di kasur. Pak Zaki yang digelayuti Audrey seperti itu, dengan
kedua lutut dan kedua tangannya tetap bisa dengan lancar menghujamkan
penisnya yang besar ke dalam vagina Audrey. Pompaan-pompaan penis Pak
Zaki pada vagina Audrey dari perlahan mulai menjadi semakin cepat.
Dihajar oleh penis Pak Zaki yang besar dan panjang itu, vagina Audrey
makin mengeluarkan cairan kewanitaannya sehingga vagina Audrey makin
becek dan setiap kali penis Pak Zaki menghujam keras ke dalam vagina
Audrey, vagina Audrey tersebut memuncratkan sedikit cairan
kewanitaannya. Genjotan keras penis Pak Zaki pada vaginanya, membuat
Audrey semakin hilang kontrol. Terlihat sekali Audrey sangat menikmati
penis Pak Zaki dalam vaginanya.
“UUuugghhhh…..paaakkkk…..nikmat sekali….” desah Audrey keras sambil
menatap tajam mata Pak Zaki dan menciumi bibir Pak Zaki dengan ganas.
“Lebih keras…pak…ayo genjot lebih keras pak….habisi vagina Audrey…hajar
lubang kenikmatan Audrey ini” lanjut Audrey sambil mengulum, menjilati
dan mengigit-gigit kecil dada dan pundak Pak Zaki.
“Oogghh…enak sekali penis bapak ….Audrey ketagihan nih….ayo lebih
keras…lebih cepat….koyak-koyak vagina Audrey dengan penis bapak yang
benar-benar hebat ini” rayu Audrey menyemangati Pak Zaki dengan tanpa
rasa malu atau canggung lagi.
Mendengar perkataan Audrey, Pak Zaki makin mempercepat genjotan penisnya
pada vagina Audrey yang tentu saja hal tersebut makin membuat Audrey
kelojotan kenikmatan sambil meraung-raung keras dan matanya merem melek.
Tidak beberapa lama kemudian tubuh Audrey menegang keras dan dengan
satu teriakan panjang Audrey mencapai orgasmenya yang dahsyat yang
ditandai dengan muncratnya cairan kewanitaan dari vaginanya. Kemudian
tanpa menunggu orgasme Audrey reda, Pak Zaki langsung merebahkan dirinya
ke belakang sambil menarik tubuh Audrey sehingga sekarang Audrey berada
di atas tubuh Pak Zaki dengan gaya woman on top. Audrey berdiam diri
untuk sesaat karena orgasmenya belum reda. Setelah Audrey dapat kembali
mengendalikan dirinya, Audrey mulai menggerakkan pinggulnya naik turun
sehingga membuat penis Pak Zaki kembali menggenjot vaginanya. Sambil
menikmati pelayanan dari Audrey. Tangan kanan Pak Zaki meraih dan
membuka peti di sisi bagian bawah kasur dan mengambil sebuah vibrator
berwarna pink dari peti tersebut. Ternyata aku melihat peti itu berisi
berbagai macam alat-alat seks. Kemudian Pak Zaki menyalakan vibrator
tersebut dengan kecepatan penuh dan memasukkannya ke dalam lubang anus
Audrey.
Vibrator yang dimasukkan oleh Pak Zaki ke dalam lubang anus Audrey
merupakan vibrator yang berukuran besar dan panjang serta mempunyai
permukaan yang tidak rata. Disepanjang batang vibrator tersebut terdapat
tonjolan-tonjolan bulat seperti kelereng dan ujung vibrator tersebut
berbentuk seperti ujung penis yang sangat besar. Aku melihat ketika Pak
Zaki mulai mencoba memasukkan vibrator tersebut ke dalam lubang anus
Audrey, terlihat Audrey secara sukarela merebahkan tubuhnya ke dada Pak
Zaki untuk mempermudah Pak Zaki memasukkan vibrator tersebut ke dalam
lubang anusnya. Melihat tidak adanya penolakan dari Audrey, Pak Zakipun
segera memasukkan vibrator itu ke dalam lubang anus Audrey. Audrey
sedikit meremas sprei kasur ketika vibrator itu mulai memasuki lubang
anusnya dan terus ke dalam sampai mentok.
“Uuggghhhh….” terdengar rintihan Audrey ketika Audrey mulai mencoba
kembali menggerakkan pinggulnya naik turun agar penis Pak Zaki kembali
memompa vaginanya. Pantat Audrey terlihat sedikit bergerak tidak
beraturan, naik turun dan memutar-mutar dikarenakan getaran vibrator dan
gerakan batang vibrator yang meliuk-liuk di dalam lubang anusnya.
Setelah beberapa menit, terlihat Audrey mulai bisa membiasakan diri
dengan penis Pak Zaki di dalam vaginannya dan sebuah vibrator di dalam
lubang anusnya. Gerakan-gerakan Audrey naik turun semakin kencang
sehingga penis Pak Zaki kembali dengan cepat memompa vaginanya. Melihat
Audrey menggerakkan pinggulnya naik turun dengan goyangan-goyangan dan
rintihan-rintihan kenikmatan, Pak Zaki kemudian menarik pelan vibrator
tersebut dari lubang anus Audrey.
“Eeegggghhh…eeeiiiiiit……oooggghhhhh…” terdengar rintihan keras Audrey
ketika Pak Zaki menarik dengan pelan batang vibrator tersebut sehingga
setengahnya keluar dari lubang anus Audrey, yang membuat Audrey
menghentikan gerakan pinggulnya pada selangkangan Pak Zaki.
“Uuuggghhh…….eegghhhh…..” terdengar kembali rintihan keras Audrey ketika
Pak Zaki kembali dengan pelan memasukkan batang vibrator tersebut ke
dalam lubang anus Audrey sampai mentok. Wajah Audrey menegang, mulutnya
terbuka lebar dan matanya terpejam rapat. Audrey kemudian merebahkan
dirinya di atas tubuh Pak Zaki serta kedua tangannya meremas-remas
rambut Pak Zaki.
“Hehehehe, Audrey suka ya?” kata Pak Zaki tiba-tiba kepada Audrey.
Mendengar hal itu, Audrey hanya terlihat mengangguk-angguk sambil tetap
merebahkan dirinya di atas tubuh Pak Zaki, dan Pak Zakipun segera meraih
pinggul Audrey dengan kedua tangannya dan dengan gerakan cepat dan
kasar memompa penisnya pada vagina Audrey dari bawah. Audrey hanya bisa
mengerang-erang kenikmatan tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Mata Audrey
tetap terpejam rapat, mulutnya terbuka lebar sambil sesekali
menggigit-gigit kecil bibir bawahnya sendiri dan kadang kala menggigit
kecil bibir Pak Zaki. Kedua tangan Audrey terlihat menjambak-jambak
rambut Pak Zaki dan rintihan-rintihannya makin lama makin keras dan
liar.
“Duuhhh…eeeeennnnaaaakkkk….tteeeeerrusss paakkkk…..” terdengar erangan
nikmat Audrey keluar dari mulutnya sambil badannya tergoncang-goncang
hebat karena genjotan penis Pak Zaki pada vaginanya dan getaran vibrator
pada lubang anusnya.
Setelah beberapa belas menit kemudian, terlihat tubuh Audrey meliuk-liuk
dengan hebat dan kemudian menegang kuat yang disusul dengan muncratan
cairan kewanitaan dari vaginanya serta lolongan panjang dari mulutnya
menandakan Audrey kembali mengalami orgasme yang dahsyat. Melihat Audrey
mengalami orgasme yang dahsyat dan panjang, Pak Zakipun semakin
menancapkan sedalam-dalamnya vibrator pink tersebut ke dalam lubang anus
Audrey dan Pak Zakipun juga menancapkan penisnya sedalam-dalamnya pada
vagina Audrey. Setelah orgasme Audrey reda, Pak Zaki mencabut penisnya
dari dalam vagina Audrey dan kemudian memposisikan Audrey menungging di
atas kasur. Audrey menuruti kemauan Pak Zaki dan membiarkan dirinya
diposisikan menungging di atas kasur. Kemudian Pak Zaki mencabut
vibrator pink tersebut dari dalam lubang anus Audrey dan memasukkan
vibrator tersebut ke dalam vagina Audrey serta mulai memasukkan penisnya
yang besar dan panjang itu ke dalam lubang anus Audrey.
“Oggghhhhh….” kembali terdengar rintihan Audrey ketika penis Pak Zaki
mulai memasuki lubang anusnya dan secara bersamaan tangan Pak Zaki
memasukkan vibrator pink tersebut ke dalam vaginanya. Tangan kanan Pak
Zaki terlihat memompa vibrator itu pada vagina Audrey, sedangkan tangan
kiri Pak Zaki terlihat meremas-remas dengan kuat kedua payudara Audrey
secara bergantian. Pak Zaki terlihat dengan ganas menggenjot lubang anus
Audrey dengan penisnya.
Tubuh Audrey yang menungging kembali tergoncang-goncang dengan hebat
dikarenakan genjotan-genjotan penis Pak Zaki di lubang anusnya dan
genjotan-genjotan vibrator pada vaginanya. Audrey meraung-raung
kenikmatan dengan hebat, kemudian setelah beberapa menit diperlakukan
demikian, tiba-tiba kedua tangan Audrey meraih kedua paha Pak Zaki. Pak
Zaki yang melihat kejadian itu hanya tertawa kecil dan kemudian
meneruskan genjotan penisnya pada lubang anus Audrey. Tangan kanan Pak
Zaki tetap mengocok-ngocok vagina Audrey dengan vibator sedangkan tangan
kiri Pak Zaki menjambak rambut Audrey dan menariknya ke belakang
sehingga kepala Audrey sampai terdongak ke atas. Setelah beberapa belas
menit kemudian, Audrey mencapai orgasme kembali, dan dari vagina Audrey
kembali keluar cairan kewanitaannya memuncrat ke vibrator, ke tangan Pak
Zaki dan ke sprei kasur. Melihat Audrey telah mencapai klimaks, Pak
Zaki segera menarik dan menelentangkan Audrey di atas kasur, kedua
tangan Audrey ditariknya ke atas sehingga lurus sejajar dengan
kepalanya. Tangan kiri Pak Zaki memegangi kedua pergelangan tangan
Audrey sehingga kedua tangan Audrey tidak dapat digerakkan kemana-mana.
Kemudian Pak Zaki menghujamkan penisnya secara kasar ke dalam vagina
Audrey dan memompa cepat vagina Audrey dengan penisnya. Audrey secara
reflek membuka kedua kakinya lebar-lebar, badannya tergoncang-goncang
hebat karena hujaman penis Pak Zaki pada vaginanya dan dari mulut Audrey
terdengar teriakan “uughhh….ugghhh..ugghhh…” setiap kali penis Pak Zaki
menerobos masuk vaginanya sampai mentok.
Serasa lama sekali Audrey dan Pak Zaki dalam posisi seperti itu, mungkin
ada berpuluh-puluh menit. Badan Audrey yang berkulit putih nampak
bergoncang-goncang seirama dengan badan Pak Zaki yang berkulit hitam.
Mulut Audrey terbuka lebar sambil sesekali tersenyum kecil, dan mata
Audrey merem melek menandakan Audrey sangat menikmati persetubuhannya
dengan Pak Zaki. Sambil menggenjot penisnya yang besar ke dalam vagina
Audrey, Pak Zaki sesekali juga memerintahkan Audrey untuk membuka
mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidahnya keluar yang langsung
dituruti oleh Audrey. Apabila sudah demikian, Pak Zaki langsung
mengeluarkan ludahnya kedalam mulut Audrey yang langsung ditelan
seluruhnya oleh Audrey. Pak Zaki makin lama semakin keras dan cepat
menggenjotkan penisnya ke dalam vagina Audrey. Gerakan Pak Zaki semakin
lama semakin kasar dan tidak beraturan sampai kemudian terlihat Pak Zaki
dan Audrey mencapai orgasme hebat secara bersamaan, dan Pak Zaki
memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina Audrey.
Setelah orgasmenya reda, Pak Zaki mencabut penisnya dari vagina Audrey
dan merebahkan dirinya telentang di atas kasur. Seperti sudah diajari
sebelumnya, Audrey langsung bangkit dan meraih penis Pak Zaki dengan
mulutnya. Tanpa perlu diperintah lagi, lidah Audrey langsung
membersihkan penis Pak Zaki dari sisa-sisa sperma dan cairan kewanitaan
sampai bersih, dan setelah penis Pak Zaki bersih, Audrey merebahkan
kepalanya di atas dada Pak Zaki dan memeluk erat Pak Zaki. Pak Zaki dan
Audrey berpelukan mesra sambil sesekali berciuman kecil. Melihat
kemesraan Pak Zaki dan istriku, aku sebenarnya cemburu, tapi ada rasa
senang dalam diriku dimana aku melihat istriku melacurkan dirinya tanpa
paksaan bahkan menikmati statusnya dan pekerjaan barunya.
Bagian IV: Penutup
Setelah kurang lebih 10 menit Pak Zaki berbaring sambil dipeluk oleh
Audrey dengan mesra. Pak Zaki bangkit dari tempat tidur dan mulai
mengenakan pakaiannya. Audrey membantu Pak Zaki dalam mengenakan
pakaiannya. Audrey turut membantu Pak Zaki dalam mengancingkan
pakaiannya dan memasangkan kaos kaki dan sepatu pada kedua kaki Pak
Zaki. Setelah berpakaian lengkap Pak Zaki kembali mencium Audrey dengan
mesra yang dibalas oleh Audrey dengan mesra pula. Cukup lama mereka
berciuman sampai Pak Zaki menarik bibirnya dari bibir Audrey dan
kemudian meletakan segepok uang seratus ribuan di atas kasur.
“Ini tip buat kamu, terima kasih atas pelayanannya. Saya pasti akan kembali lagi” kata Pak Zaki sambil melangkah keluar kamar.
“Terima kasih pak” jawab Audrey singkat sambil kembali duduk dan
memasukan uang tip dari Pak zaki ke dalam nakas disisi kanan tempat
tidur.
Tidak sampai 5 menit semenjak Pak Zaki meninggalkan kamar, kedua mami
dan tiga orang pelayan pria masuk ke dalam kamar. Salah seorang pelayan
membawa nampan makanan seperti yang biasa dibawa room service di
hotel-hotel dan meletakannya di atas meja rias kamar tersebut.
“Kamu makan dulu, kamu perlu tenaga yang banyak” kata salah seorang mami kepada Audrey.
Melihat ada tiga pelayan pria yang masuk, Audrey berusaha mengenakan
kimononya, tapai salah satu mami dengan cepat merebutnya dari tangan
Audrey dan menyerahkannya kepada salah satu pelayan pria.
“Kimononya sudah kotor, nanti kamu dapat gantinya, sekarang makan dulu.
Kita harus cepat, kita tidak punya banyak waktu” kata mami yang merebut
kimono tersebut dari tangan Audrey.
Audrey menuruti perintah mami tersebut dan duduk di kursi meja rias dan
mulai melahap hidangan yang disajikan yang berupa sirloin steak dan
french fries, sedangkan ketiga pelayan pria mulai membersihkan kamar
tersebut. Ketiga pelayan tersebut mengganti sprei kasur, menyapu dan
mengepel lantai kamar tersebut sambil sesekali memandangi tubuh Audrey
yang telanjang bulat sambil tersenyum-senyum kecil seakan-akan berkata
“Ini dia yang habis disetubuhi”.
Selesai makan, Audrey dibawa oleh kedua mami ke kamar mandi untuk
dimandikan di bathtub, dan selesai dimandikan, Audrey kembali dimake-up
wajahnya dan rambutnya di blow kembali. Ketika Audrey selesai dirias dan
diberikan kimono putih yang baru, ketiga pelayan tersebut juga telah
selesai membersihkan kamar dan segera bersama-sama kedua mami
meninggalkan kamar. Belum sampai sepuluh menit kedua mami meninggalkan
kamar, salah satu mami kembali masuk kamar dan tanpa mengatakan apa-apa
menuntun Audrey keluar kamar, dan seperti dugaanku, tidak beberapa lama
kemudian Audrey sudah masuk lagi ke kamar dengan seorang tamu.
Kali ini Audrey tidak didampingi oleh seorang mami lagi, dan Audrey
terlihat sudah mengerti dengan apa yang harus dilakukannya. Audrey
langsung membuka kimononya dan berlutut dihadapan tamu tersebut,
kemudian membuka sepatu, kaos kaki, celana dan celana dalam tamu
tersebut dan mulai menghisap-hisap dan menjilat-jilati penis tamu
tersebut, dan merekapun mulai melakukan persetubuhan mereka. Begitu
seterusnya dari tamu ke tamu, Audrey melakukan persetubuhan dan melayani
tamu-tamunya dengan baik. Audrey hanya berhenti bersetubuh dan dapat
beristirahat ketika selesai satu tamu, kedua mami memandikan dan merias
Audrey bersamaan dengan ketiga pelayan membersihkan kamar tersebut.
Istirahat Audrey tidaklah panjang hanya apabila sebelum dimandikan
adalah waktu Audrey untuk makan maka istirahatnya menjadi otomatis lebih
panjang sedikit. Pada waktu Audrey dimandikan itulah aku mencuri-curi
kesempatan untuk turun melalui pintu yang tersambung dengan lorong ke
restaurant bawah untuk makan. Tidak terasa ternyata waktu berlalu dengan
cepat. Jam telah menunjukkan pukul 12.00 malam pada hari Jumat itu,
mungkin sudah belasan tamu yang dilayani oleh Audrey, dan rata-rata
tamu-tamu tersebut berumur sekitar 40 sampai 60 tahunan, ketika akhirnya
setelah selesai melayani seorang tamu, salah seorang mami masuk ke
ruangan dan hanya berkata singkat
“Sekarang kamu istirahat dulu” lalu mami tersebut meninggalkan kamar tanpa memandikan Audrey seperti biasanya.
Audrey terlihat menarik napas lega dan duduk di sofa kamar tersebut
untuk beberapa saat, dan lalu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, Audrey naik ke tempat tidur yang masih
acak-acakan karena tidak dibersihkan oleh ketiga pelayan seperti
biasanya dan mulai memejamkan mata. Tidak perlu waktu lama untuk Audrey
tidur terlelap dan hal tersebut sangatlah wajar karena semenjak pagi
Audrey sudah melakukan persetubuhan yang dapat dikatakan tiada henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar